RESUME
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN
MORAL
![]() |
Di susun
oleh :
Seksi
R 14
Nama
anggota :
Widia Yuli Herni (1200590)
Dosen Pembimbing
: Dra. Khairanis, M.Pd
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2013
PERKEMBANGAN
MORAL
A.
Hakekat
Perkembangan Moral
Secara estimologi kata ”moral”berasal dari kata Latin yaitu
”mos” yang berarti tata-cara,
adat istiadat atau kebiasaan, sedangkan dalam bahasa
Indonesia, kata ”moral” dikenal dengan arti ”kesusilaan”.
Beberapa
pengertian moral:
1. Kamus Umum Bahasa Indonesia
Kata ”moral” berarti ajaran tentang baik buruk perbuatan
dan kelakuan.
Manusia yang memiliki moral dalam kehidupannya dihargai orang karena nilai budi luhur yang ada dalam dirinya sehingga orang-orang
akan merasa merasa dekat atau
senang berada dan berhubungan
dengan dia.
2. Santrock dan Yusen
Mengemukakan bahwa ”moral adalah kebiasaan atau aturan
yang harus dipenuhi oleh seseorang dalam berintegrasi dengan orang lain,
seperangkat aturan yang menyangkut baik atau buruk pantas atau tidak yang harus
dilakukan dalam kehidupan sosial”.
3. Kolhberg dan
Piaget
Mengemukakan bahwa ”moral itu meliputi tiga pengertian
yang berbeda satu sama lain yaitu:
a. Pandangan moral yaitu pendapat atau pertimbangan seseorang
b. Tingkah laku moral adalah tindakan yang sesuai dengan aturan
c. Perasaan moral adalah perasaan yang timbul pada diri
individu setelah ia mengambil bertingkah laku bermoral atau tidak.
Jadi,
moral adalah:
1. Prinsip hidup yang berkenaan dengan
benar dan salah, baik dan buruk.
2. Kemampuan untuk memahami perbedaan
benar dan salah.
3. Ajaran atau gambaran tentang tingkah
laku yang baik.
Moral
merupakan alat kontrol untuk berbuat dan bertingkah laku dalam berbagai
situasi. Misalnya dalam pengamalan nilai hidup maka perilaku seseorang akan
selalu memperhatikan perasaan orang lain. Nilai-nilai hidup yang berlaku dalam
suatu masyarakat menyangkut persoalan baik dan buruk. Perkembangan moral
seseorang akan ditentukan oleh lingkungan di mana ia berada, watak atau
kemampuan untuk bertindak.
B.
Kekhasan
Perkembangan Moral Anak SD
Moral
yakni aturan-aturan dalam bertingkah laku, dimana anggota masyarakat
berperilaku sesuai dengan pola perilaku yang diharapkan oleh masyarakatnya.
Dengan memperhatikan perkembangan moral anak usia SD, mula-mula anak menganggap
keadilan dan aturan-aturan yang ada tidak pernah berubah, tetapi akhirnya
semakin bertambah usia anak dan kelas anak semakin tinggi maka anak mulai
menyadari bahwa aturan-aturan dan hukum-hukum yang ada bisa dipertimbangkan.
Pada umur 6-12 tahun anak biasanya menunjukan
ciri-ciri khas sebagai berikut:
1.
Anak sudah memiliki sikap agresif
Tingkah laku agresif yaitu tingkah laku yang cenderung
menyakiti orang lain, binatang atau objek.
Tingkah laku agresif bermacam-macam misalnya memukul,
berbicara kasar dan tindakan menyerang. Tingkah agresif pada anak cenderung
dalam penyerangan
fisik.
2.
Dorongan rasa ingin tahunya sangat kuat dan besar
Anak sering mengajukan berbagai pertanyaan dan meneliti objek.
3.
Suka meimitasi model yang disukainya
Imitasi merupakan proses peniruan, ingin sama dengan individu yang disenangi.
Imitasi ini merupakan salah satu mekanisme yang membentuk perilaku anak. Anak
mempunyai kecenderungan untuk meniru orang lain dan melakukan apa yang
dilihatnya. Anak
lebih meniru orang dewasa yang disukainya sebagai model.
Melalui proses imtasi anak menumjukan perilaku agresif. Anak
tidak melakukan imitasi sembarangan, mereka lebih sering meniru orang-orang
tertentu yang berkuasa, penting atau idola dan memiliki kemiripan yang sama
dengan dirinya. Dan anak bisa meimitasi apa yang dilihatnya ditelevisi dan
tayangan yang disukai apabila yang memiliki kemiripan dengannya, semakin besar
tingkat kemiripan anak dengan model maka semakin besar perilaku imitasi dan
agresi yang ditampilkan anak tersebut. Karakter anak yang masih labil maka akan
lebih mudah untuk melakukan imitasi.
4.
Memiliki ingatan yang sangat kuat dan mampu berpikir konkrit
Fanzoi mengemukan bahwa berdasarkan hasil eksperimen yang
diperoleh ternyata cuplikan film sepanjang tujuh menit, bisa menimbulkan
pengaruh beberapa jam. Menonton tayangan telivisi mampu membuat orang mengingat
50% dari apa yang mereka lihat dan dengar dari televisi walaupun sekali tayang,
dan bisa mengingat 85% dari apa yang mereka lihat dari televisi setelah tiga
jam kemudian dan 65% setelah tiga hari kemudian.\
5.
Perkembangan moral dari heteronom ke otonom
Perkembangan moral anak yang berumur 6-7 tahun yaitu perkembangan moral
heteronom maksudnya adalah baik buruk segala sesuatu dilihatnya berdasarkan
hasil akibat yang dihasilkan. Sedangkan anak yang berumur 8-12 tahun sedang
perkembangan moral otonom yang melihat baik buruk sesuatu berdasarkan maksud
dan tujuan orang bertingkah laku.
C.
Tahap-tahap
Perkembangan Moral
Menurut Kohlberg 1976 mengemukakan
bahwa perkembangan moral dapat di bagi menjadi tiga tingkat yaitu:
1.
Tingkat
prakonvensional
Pada tingkat prakonvensional nilai baik dan buruk
ditentukan oleh orang dewasa, sedangkan anak belum memiliki nilai-nilai moral
dalam dirinya. Pada tahap ini anak tunduk dan patuh pada tuntutan orang dewasa.
Apa yang menurut orang dewasa baik maka itulah yang diikuti dan dipatuhi anak,
begitupun sebaliknya yang dikatakan tidak baik dan dilarang akan dihindari
anak. Anak melakukan yang baik dengan harapan mendapat pujian atau hadiah dari
orang dewasa di lingkungannya.
Tingkat
ini di bagi menjadi 2 tahap:
a. Tahap orientasi kepatuhan dan
hukuman
b. Tahap orientasi minat pribadi
2.
Tingkat
Konvesional
Pada
tahap ini hal-hal yang dianggap berharga adalah dapat memenuhi harapan
keluarga, kelompok bahkan harapan bangsa. Tujuannya ingin bersikap loyal, sikap
ingin menjaga dan menjaga ketertiban.
Tingkat ini terbagi dari dua tahap:
a. Orientasi keserasian interpersonal
dan konformitas (Sikap anak baik)
b. Orientasi otoritas dan pemeliharaan
aturan sosial (Moralitas hukum dan aturan)
3.
Tingkat
paskakonvensional
Pada tingkat pascakonvensial ukuran nilai baik dan
buruk didasarkan atas prinsip-prinsip yang sahih dan dapat dilaksanakan.
Terdiri
atas 2 tahap:
a. Orientasi kontrak sosial
b. Prinsip etika universal
No
|
Tingkat
|
Umur
|
Nama
|
Karakteristik
|
1
|
Tingkat
1
|
0-9
thn
|
Prakonvensional
|
|
Tahap
1
|
Moralitas heteronomi (orientasi
kepatuhan dan hukuman)
|
Melekat pada aturan
|
||
Tahap
2
|
Individualisme/
instrumentalisme
(orientasi minat pribadi)
|
Kepentingan nyata individu.
Menghargai kepentingan oranglain
|
||
2
|
Tingkat
2
|
9-15
thn
|
Konvensional
|
|
Tahap
3
|
Reksa interpersonal
(orientasi keserasian
interpersonal dan konformitas (sikap anak baik)).
|
Mengharapkan hidup yang terlihat
baik oleh orang lain dan kemudian telah menganggap dirinya baik.
|
||
Tahap
4
|
Sistem sosial dan hati nurani
(orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (moralitas hukum dan
aturan))
|
Memenuhi tugas sosial untuk
menjaga sistem sosial yang berlangsung.
|
||
3.
|
Tingkat 3
|
Diatas 15 thn
|
Pascakonvensional
|
|
Tahap
5
|
Kontrak sosial
|
Relatif menjungjung tinggi aturan
dalam memihak kepantingan dan kesejahteraan untuk semua.
|
||
Tahap
6
|
Prinsip
etika universal
|
Prinsip
etis yang dipilih sendiri, bahkan ketika ia bertentangan dengan hukum
|
D.
Upaya
Peningkatan Perkembangan Moral
Orang tua sangat besar peranannya dalam perkembangan
moral anak. Tidak seorang pun ahli perkembangan moral anak yang membantah bahwa
moral anak terbentuk melalui hubungan sosial. Hubungan sosial pertama yang
dialami anak dalam hidupnya adalah orang tuanya. Kasih sayang orang tua
terhadap anak, membangun sistem interaksi yang bermoral antara anak dengan
orang lain. Hubungan dengan orang tua yang hangat, ramah, gembira, dan
kasih sayang, merupakan pupuk bagi perkembangan moral anak
Usaha-usaha
yang dapat dilakukan dalam pengembangan moral adalah sebagai berikut:
1.
Memperkenalkan nilai moral yang berlaku di masyarakat
Di negara kita ada empat sumber nilai yang dijadikan
pedoman dalam bertingkah laku, yaitu agama, ilmu pengetahuan, nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
(Pancasila) dan adat istiadat. Anak harus diperkenalkan dengan aturan-aturan bagaimana
cara berhubungan sosial yang sesuai
dengan keempat sumber nilai itu. Kebiasaan yang berlaku di masyarakat tidak
boleh bertentangan dengan keempat sumber nilai itu. Kalau terjadi pertentangan
nilai yang berlaku di masyarakat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam keempat
sumber itu, maka anak akan mengikuti kebiasaan yang berlaku di masyarakat,
karena seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa anak akan bertingkah laku yang
dianggap baik oleh orang dewasa sekitarnya walaupun tidak sesuai dengan moral. Dalam bertingkah laku mereka belum
mempunyai kesadaran untuk berpegang teguh pada prinsip moral, tetapi cenderung
mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang dewasa dalam masyarakat
sekitarnya.
2.
Memperkuat kata hati
Kata
hati merupakan kontrol internal (dalam diri) terhadap tingkah laku seseorang.
Tidak ada anak yang lahir dengan kata hati tertentu dan setiap anak tidak hanya
belajar mengenai apa yang benar dan apa yang salah, tetapi anak harus
menggunakan kata hatinya sebagai kontrol terhadap tingkah lakunya. Hal ini
merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting di masa anak usia sekolah.
Kata hati merupakan sesuatu yang kompleks bagi anak-anak. Oleh karena itu, pada
awalnya tingkah laku mereka lebih banyak dikontrol oleh lingkungan. Terjadi
pergantian yang perlahan-lahan dari
lingkungan ke kontrol yang sudah terinternalisasi, pada saat itulah transisi
sudah lebih lengkap.
Sutton dan Smith (Dalam Elida, 2005: 178) mengemukakan
cara-cara membentuk kata hati anak, dengan maksud lebih memantapkan keyakinan
para orang tua dan guru tentang perlunya usaha mengembangkan moral anak. Cara
itu adalah sebagai berikut :
a. Memberikan model
Orang tua dan guru merupakan model yang sangat penting
dalam pengembangan moral anak. Anak meniru tingkah laku orang tua dan gurunya.
Oleh karena itu orang tua yang mempunyai kata hati yang kuat akan ditiru oleh
anak-anak.
b. Menerapakan disiplin
Ada beberapa teknik untuk menerapkan disiplin,
diantaranya adalah sebagai berikut :Teknik disiplin dengan cara mencari
penyebab kesalahan bertingkah laku, teknik disiplin dengan cara ”induksi” yaitu dengan
memberikan penjelasan mengapa anak dilarang atau dibolehkan melakukan tindakan
tertentu,
teknik disiplin dengan
membangkitkan perasaan bersalah serta teknik disiplin dengan penarikan cinta.
3.
Mengembangkan perasaan bersalah dan
rasa malu
Setelah
anak mengembangkan kata hati maka kata hati akan diperrgunakan sebagai pedoman
bagi tingkah laku mereka. Jika tingkah laku mereka tidak sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan oleh kata hatinya maka mereka akan merasa bersalah, malu atau
keduanya.
Dalam
perilaku bermoral, rasa bersalah perlu ada. Seseorang harus taat pada kebiasaan
atau tata krama dari kelompok melalui standar pengarahan dalam diri.
Ausabel(dalam Hurlock), 1978) mengemukakan bahwa rasa bersalah merupakan
mekanisme psikologis yang penting, dimana perilaku seseorang menjadi sesuai
dengan kebudayaannya. Rasa bersalah juga merupakan alat yang penting bagi
kelangsungan hidup budaya karena memungkinkan individu untuk berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai moral masyarakat. Jika anak tidak merasa bersalah, anak akan
menjadi tidak termotivasi untuk belajar apa yang diharapkan kelompok pada
dirinya.
4.
Memberi kesempatan untuk melakukan
interaksi dengan anggota kelompok sosial
Interaksi
sosial memegang peranan penting dalam perkembangan moral. Tanpa interaksi
dengan orang lain, anak tidak akan mengetahui perilaku yang disetujui secara
sosial, maupun memiliki sumber motivasi yang mendorongnya untuk tidak berbuat
sesuka hati.
Interaksi
sosial awal terjadi didalam kelompok keluarga. Anak belajar dari orang tua,
saudara kandung, dan anggota keluarga lain tentang apa yang dianggap benar dan
salah oleh kelompok sosial tersebut. Disini anak memperoleh motivasi yanjg
diperlukan untuk mengikuti standar perilaku yang ditetapkan anggota keluarga.
Melalui
interaksi sosial, anak tidak saja mempunyai kesempatan untuk belajar kode
moral, tetap mereka juga mendapat kesempatan untuk belajar bagaimana orang lain
mengevaluasi perilaku mereka. Karena pengaruh yang kuat dari kelompok sosial
pada perkembangan moral anak, penting sekali jika kelompok sosial, tempat anak
mengidentifikasikan dirinya mempunyai standar moral yang sesuai dengan kelompok
sosial yang lebih besar dalam masyarakat.
5. Memperkuat
tingkah laku altruistik
Seperti halnya pengembangan tingkah laku sosial, tingkah
laku altruistik memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan moral anak.
Tingkah laku suka menolong, membagi milik sendiri kepada teman sebaya merupakan
contoh tingkah laku altruistik. Pada periode sekolah dasar, tingkah laku
altruistik dapat dikembangkan secara baik dengan merangsang perkembangan
tingkah laku empati terlebih dahulu. Hoffman mengungkapkan bahwa ”penguasaan
tingkah laku empati merupakan dasar bagi perkembangan moral anak”. Tingkah laku
empati dapat dilihat dari kemampuan anak untuk merasakan orang lain. Misalnya,
seorang anak melihat temannya yang bersedih karena kehilangan pencil.
Anak itu dapat menghayati perasaan temannya dan mengerti bahwa temannya
sedang sedih. Kalau anak menghibur atau membantu kawannya itu tidak sdih, maka
tingkah laku ini disebut altruistik.
E.
Praktek
Pendidikan dalam Perkembangan Moral
Agar
pendidikan moral pada anak dapat dipahami maka dalam kegiatan sehari-hari baik
orang tua maupun guru perlu berusaha untuk mengembangkannya. Orang tua dan guru
memegang peranan penting dalam pengembangan moral anak di antaranya:
1.
Membina
situasi sosial emosional yang bermoral
Hubungan orang tua dengan anak, anak dengan anak,
ramah tamah, serta rasa kasih sayang sangat mempengaruhi terhadap perkembangan
moral anak.
2.
Meningkatkan
pandangan moral
Pandangan
moral anak dapat dilakukan dengan mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan
tertentu.
3.
Membina
disiplin
Disiplin
merupakan aturan-aturan yang dibuat orang tua dan guru, yang harus dipahami
oleh anak. Dengan disiplin, moral anak dapat dikembangkan. Contohnya yaitu
membiasakan anak bangun pagi, mengajar anak berterima kasih terhadap pemberian
orang, disiplin dalam belajar, dan lain-lain.
4.
Tipe
orang tua dan guru
Guru dan orang tua yang berlaku adil dan bijaksana
terhadap anak akan membantu terhadap pengembangan moral anak. Sikap otoriter
dan acuh tak acuh terhadap anak akan membawa anak kepada moral yang negatif,
misalnya anak jadi pembangkang, tidak penurut dan lain-lain. Tipe demokratis
adalah cara terbaik dalam pengembangan masalah anak.
5.
Perasaan
diberlakukan secara adil
Tim
PPKN mengatakan, menciptakan rasa keadilan akan memberikan pengaruh positif
terhadap perkembangan moral.
DAFTAR
PUSTAKA
Akbar, Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta:
Grasindo.
Elida Prayitno dan Erlamsyah. 2004. Psikologi Perkembangan. Padang : Buku Ajar.
Elida Prayitno. 2005. Perkembangan
Anak Usia Dini dan Usia SD. Padang: Angkasa Raya.
Khairanis
dan Darnis arief. 2000. Perkembangan
Peserta Didik. Padang : DIP
universitas Negeri Padang.
Mudjiran. 2000. Perkembangan
peserta didik. Jakarta : Depdikbud.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/jean_piaget
Tidak ada komentar:
Posting Komentar