Kamis, 20 November 2014

perkembangan moral


RESUME PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN MORAL
logo_small.gif
 





Di  susun  oleh :

Seksi R 14

Nama anggota :

Widia Yuli Herni (1200590)

Dosen  Pembimbing  :  Dra. Khairanis, M.Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
PERKEMBANGAN MORAL

A.   Hakekat Perkembangan Moral
Secara estimologi kata ”moral”berasal dari kata Latin yaitu ”mos” yang berarti tata-cara, adat istiadat atau kebiasaan, sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata ”moral” dikenal dengan arti ”kesusilaan”.
 Beberapa pengertian moral:
1.      Kamus Umum Bahasa Indonesia

Kata ”moral” berarti ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan. Manusia yang memiliki moral dalam kehidupannya dihargai orang karena nilai budi luhur yang ada dalam dirinya sehingga orang-orang akan merasa merasa dekat atau senang berada dan berhubungan dengan dia.

2.      Santrock dan Yusen
Mengemukakan bahwa ”moral adalah kebiasaan atau aturan yang harus dipenuhi oleh seseorang dalam berintegrasi dengan orang lain, seperangkat aturan yang menyangkut baik atau buruk pantas atau tidak yang harus dilakukan dalam kehidupan sosial.
3.       Kolhberg dan Piaget
Mengemukakan bahwa ”moral itu meliputi tiga pengertian yang berbeda satu sama lain yaitu:
a.        Pandangan moral yaitu pendapat atau pertimbangan seseorang
b.       Tingkah laku moral adalah tindakan yang sesuai dengan aturan
c.        Perasaan moral adalah perasaan yang timbul pada diri individu setelah ia mengambil bertingkah laku bermoral atau tidak.

Jadi, moral adalah:
1.      Prinsip hidup yang berkenaan dengan benar dan salah, baik dan buruk.
2.      Kemampuan untuk memahami perbedaan benar dan salah.
3.      Ajaran atau gambaran tentang tingkah laku yang baik.
Moral merupakan alat kontrol untuk berbuat dan bertingkah laku dalam berbagai situasi. Misalnya dalam pengamalan nilai hidup maka perilaku seseorang akan selalu memperhatikan perasaan orang lain. Nilai-nilai hidup yang berlaku dalam suatu masyarakat menyangkut persoalan baik dan buruk. Perkembangan moral seseorang akan ditentukan oleh lingkungan di mana ia berada, watak atau kemampuan untuk bertindak.
B.   Kekhasan Perkembangan Moral Anak SD

Moral yakni aturan-aturan dalam bertingkah laku, dimana anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan pola perilaku yang diharapkan oleh masyarakatnya. Dengan memperhatikan perkembangan moral anak usia SD, mula-mula anak menganggap keadilan dan aturan-aturan yang ada tidak pernah berubah, tetapi akhirnya semakin bertambah usia anak dan kelas anak semakin tinggi maka anak mulai menyadari bahwa aturan-aturan dan hukum-hukum yang ada bisa dipertimbangkan.
Pada  umur 6-12 tahun anak biasanya menunjukan ciri-ciri khas sebagai berikut:
1.      Anak sudah memiliki sikap agresif
          Tingkah laku agresif yaitu tingkah laku yang cenderung menyakiti orang lain, binatang atau objek. Tingkah laku agresif bermacam-macam misalnya memukul, berbicara kasar dan tindakan menyerang. Tingkah agresif pada anak cenderung dalam penyerangan fisik.
2.      Dorongan rasa ingin tahunya sangat kuat dan besar
            Anak sering mengajukan berbagai pertanyaan dan meneliti objek.
3.      Suka meimitasi model yang disukainya
            Imitasi merupakan proses peniruan, ingin sama dengan individu yang disenangi. Imitasi ini merupakan salah satu mekanisme yang membentuk perilaku anak. Anak mempunyai kecenderungan untuk meniru orang lain dan melakukan apa yang dilihatnya. Anak lebih meniru orang dewasa yang disukainya sebagai model.
            Melalui proses imtasi anak menumjukan perilaku agresif. Anak tidak melakukan imitasi sembarangan, mereka lebih sering meniru orang-orang tertentu yang berkuasa, penting atau idola dan memiliki kemiripan yang sama dengan dirinya. Dan anak bisa meimitasi apa yang dilihatnya ditelevisi dan tayangan yang disukai apabila yang memiliki kemiripan dengannya, semakin besar tingkat kemiripan anak dengan model maka semakin besar perilaku imitasi dan agresi  yang ditampilkan anak tersebut. Karakter anak yang masih labil maka akan lebih mudah untuk melakukan imitasi.
4.      Memiliki ingatan yang sangat kuat dan mampu berpikir konkrit
Fanzoi mengemukan bahwa berdasarkan hasil eksperimen yang diperoleh ternyata cuplikan film  sepanjang tujuh menit, bisa menimbulkan pengaruh beberapa jam. Menonton tayangan telivisi mampu membuat orang mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar dari televisi walaupun sekali tayang, dan bisa mengingat 85% dari apa yang mereka lihat dari televisi setelah tiga jam kemudian dan 65% setelah tiga hari kemudian.\
5.      Perkembangan moral dari heteronom ke otonom
            Perkembangan moral anak yang berumur 6-7 tahun yaitu perkembangan moral heteronom maksudnya adalah baik buruk segala sesuatu dilihatnya berdasarkan hasil akibat yang dihasilkan. Sedangkan anak yang berumur 8-12 tahun sedang perkembangan moral otonom yang melihat baik buruk sesuatu berdasarkan maksud dan tujuan orang bertingkah laku.

C.   Tahap-tahap Perkembangan Moral

Menurut Kohlberg 1976 mengemukakan bahwa perkembangan moral dapat di bagi menjadi tiga tingkat yaitu:

1.      Tingkat prakonvensional
Pada tingkat prakonvensional nilai baik dan buruk ditentukan oleh orang dewasa, sedangkan anak belum memiliki nilai-nilai moral dalam dirinya. Pada tahap ini anak tunduk dan patuh pada tuntutan orang dewasa. Apa yang menurut orang dewasa baik maka itulah yang diikuti dan dipatuhi anak, begitupun sebaliknya yang dikatakan tidak baik dan dilarang akan dihindari anak. Anak melakukan yang baik dengan harapan mendapat pujian atau hadiah dari orang dewasa di lingkungannya.
Tingkat ini di bagi menjadi 2 tahap:
a.       Tahap orientasi kepatuhan dan hukuman
b.      Tahap orientasi minat pribadi

2.      Tingkat Konvesional
Pada tahap ini hal-hal yang dianggap berharga adalah dapat memenuhi harapan keluarga, kelompok bahkan harapan bangsa. Tujuannya ingin bersikap loyal, sikap ingin menjaga dan menjaga ketertiban.
Tingkat ini terbagi dari dua tahap:
a.       Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (Sikap anak baik)
b.      Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (Moralitas hukum dan aturan)

3.      Tingkat paskakonvensional
Pada tingkat pascakonvensial ukuran nilai baik dan buruk didasarkan atas prinsip-prinsip yang sahih dan dapat dilaksanakan.
            Terdiri atas 2 tahap:

a.       Orientasi kontrak sosial
b.      Prinsip etika universal


No
Tingkat
Umur
Nama
Karakteristik
1
Tingkat 1
0-9 thn
Prakonvensional
Tahap 1
Moralitas heteronomi (orientasi kepatuhan dan hukuman)
Melekat pada aturan
Tahap 2
Individualisme/
instrumentalisme
(orientasi minat pribadi)
Kepentingan nyata individu. Menghargai kepentingan oranglain
2
Tingkat 2
9-15 thn
Konvensional
Tahap 3
Reksa interpersonal
 (orientasi keserasian interpersonal dan konformitas (sikap anak baik)).
Mengharapkan hidup yang terlihat baik oleh orang lain dan kemudian telah menganggap dirinya baik.
Tahap 4
Sistem sosial dan hati nurani (orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial (moralitas hukum dan aturan))
Memenuhi tugas sosial untuk menjaga sistem sosial yang berlangsung.
3.
Tingkat 3
Diatas 15 thn
Pascakonvensional
Tahap 5
Kontrak sosial
Relatif menjungjung tinggi aturan dalam memihak kepantingan dan kesejahteraan untuk semua.
Tahap 6
Prinsip etika universal
Prinsip etis yang dipilih sendiri, bahkan ketika ia bertentangan dengan hukum


D.   Upaya Peningkatan Perkembangan Moral

Orang tua sangat besar peranannya dalam perkembangan moral anak. Tidak seorang pun ahli perkembangan moral anak yang membantah bahwa moral anak terbentuk melalui hubungan sosial. Hubungan sosial pertama yang dialami anak dalam hidupnya adalah orang tuanya. Kasih sayang orang tua terhadap anak, membangun sistem interaksi yang bermoral antara anak dengan orang lain. Hubungan  dengan orang tua yang hangat, ramah, gembira, dan kasih sayang, merupakan pupuk bagi perkembangan moral anak
      Usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam pengembangan moral adalah sebagai berikut: 
1.     Memperkenalkan nilai moral yang berlaku di masyarakat
         Di negara kita ada empat sumber nilai yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku, yaitu agama, ilmu pengetahuan, nilai-nilai luhur bangsa Indonesia (Pancasila) dan adat istiadat. Anak harus diperkenalkan dengan aturan-aturan bagaimana cara berhubungan sosial yang sesuai dengan keempat sumber nilai itu. Kebiasaan yang berlaku di masyarakat tidak boleh bertentangan dengan keempat sumber nilai itu. Kalau terjadi pertentangan nilai yang berlaku di masyarakat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam keempat  sumber itu, maka anak akan mengikuti kebiasaan yang berlaku di masyarakat, karena seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa anak akan bertingkah laku yang dianggap baik oleh orang dewasa  sekitarnya walaupun tidak sesuai dengan moral. Dalam bertingkah laku mereka belum mempunyai kesadaran untuk berpegang teguh pada prinsip moral, tetapi cenderung mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang dewasa dalam masyarakat sekitarnya.  
2.     Memperkuat  kata hati
Kata hati merupakan kontrol internal (dalam diri) terhadap tingkah laku seseorang. Tidak ada anak yang lahir dengan kata hati tertentu dan setiap anak tidak hanya belajar mengenai apa yang benar dan apa yang salah, tetapi anak harus menggunakan kata hatinya sebagai kontrol terhadap tingkah lakunya. Hal ini merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting di masa anak usia sekolah. Kata hati merupakan sesuatu yang kompleks bagi anak-anak. Oleh karena itu, pada awalnya tingkah laku mereka lebih banyak dikontrol oleh lingkungan. Terjadi pergantian yang  perlahan-lahan dari lingkungan ke kontrol yang sudah terinternalisasi, pada saat itulah transisi sudah lebih lengkap.
Sutton dan Smith (Dalam Elida, 2005: 178) mengemukakan cara-cara membentuk kata hati anak, dengan maksud lebih memantapkan keyakinan para orang tua dan guru tentang perlunya usaha mengembangkan moral anak. Cara itu adalah sebagai berikut :
a.       Memberikan model
Orang tua dan guru merupakan model yang sangat penting dalam pengembangan moral anak. Anak meniru tingkah laku orang tua dan gurunya. Oleh karena itu orang tua yang mempunyai kata hati yang kuat akan ditiru oleh anak-anak.
b.      Menerapakan disiplin
Ada beberapa teknik untuk menerapkan disiplin, diantaranya adalah  sebagai berikut :Teknik disiplin dengan cara mencari penyebab kesalahan bertingkah laku, teknik disiplin dengan cara ”induksi” yaitu dengan memberikan penjelasan mengapa anak dilarang atau dibolehkan melakukan tindakan tertentu, teknik disiplin dengan membangkitkan perasaan bersalah serta teknik disiplin dengan penarikan cinta.  
3.   Mengembangkan perasaan bersalah dan rasa malu

Setelah anak mengembangkan kata hati maka kata hati akan diperrgunakan sebagai pedoman bagi tingkah laku mereka. Jika tingkah laku mereka tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh kata hatinya maka mereka akan merasa bersalah, malu atau keduanya.
Dalam perilaku bermoral, rasa bersalah perlu ada. Seseorang harus taat pada kebiasaan atau tata krama dari kelompok melalui standar pengarahan dalam diri. Ausabel(dalam Hurlock), 1978) mengemukakan bahwa rasa bersalah merupakan mekanisme psikologis yang penting, dimana perilaku seseorang menjadi sesuai dengan kebudayaannya. Rasa bersalah juga merupakan alat yang penting bagi kelangsungan hidup budaya karena memungkinkan individu untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral masyarakat. Jika anak tidak merasa bersalah, anak akan menjadi tidak termotivasi untuk belajar apa yang diharapkan kelompok pada dirinya.

4.      Memberi kesempatan untuk melakukan interaksi dengan anggota kelompok sosial

Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan moral. Tanpa interaksi dengan orang lain, anak tidak akan mengetahui perilaku yang disetujui secara sosial, maupun memiliki sumber motivasi yang mendorongnya untuk tidak berbuat sesuka hati.
Interaksi sosial awal terjadi didalam kelompok keluarga. Anak belajar dari orang tua, saudara kandung, dan anggota keluarga lain tentang apa yang dianggap benar dan salah oleh kelompok sosial tersebut. Disini anak memperoleh motivasi yanjg diperlukan untuk mengikuti standar perilaku yang ditetapkan anggota keluarga.
Melalui interaksi sosial, anak tidak saja mempunyai kesempatan untuk belajar kode moral, tetap mereka juga mendapat kesempatan untuk belajar bagaimana orang lain mengevaluasi perilaku mereka. Karena pengaruh yang kuat dari kelompok sosial pada perkembangan moral anak, penting sekali jika kelompok sosial, tempat anak mengidentifikasikan dirinya mempunyai standar moral yang sesuai dengan kelompok sosial yang lebih besar dalam masyarakat. 

5.     Memperkuat tingkah laku altruistik
Seperti halnya pengembangan tingkah laku sosial, tingkah laku altruistik memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan moral anak. Tingkah laku suka menolong, membagi milik sendiri kepada teman sebaya merupakan contoh tingkah laku altruistik. Pada periode sekolah dasar, tingkah laku altruistik dapat dikembangkan secara baik dengan merangsang perkembangan tingkah laku empati terlebih dahulu. Hoffman mengungkapkan bahwa ”penguasaan tingkah laku empati merupakan dasar bagi perkembangan moral anak”. Tingkah laku empati dapat dilihat dari kemampuan anak untuk merasakan orang lain. Misalnya, seorang anak melihat temannya yang bersedih karena kehilangan pencil. Anak  itu dapat menghayati perasaan temannya dan mengerti bahwa temannya sedang sedih. Kalau anak menghibur atau membantu kawannya itu tidak sdih, maka tingkah laku ini disebut altruistik.

E.   Praktek Pendidikan dalam Perkembangan Moral
Agar pendidikan moral pada anak dapat dipahami maka dalam kegiatan sehari-hari baik orang tua maupun guru perlu berusaha untuk mengembangkannya. Orang tua dan guru memegang peranan penting dalam pengembangan moral anak di antaranya:
1.      Membina situasi sosial emosional yang bermoral
Hubungan orang tua dengan anak, anak dengan anak, ramah tamah, serta rasa kasih sayang sangat mempengaruhi terhadap perkembangan moral anak.
2.      Meningkatkan pandangan moral
Pandangan moral anak dapat dilakukan dengan mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan tertentu.
3.      Membina disiplin
Disiplin merupakan aturan-aturan yang dibuat orang tua dan guru, yang harus dipahami oleh anak. Dengan disiplin, moral anak dapat dikembangkan. Contohnya yaitu membiasakan anak bangun pagi, mengajar anak berterima kasih terhadap pemberian orang, disiplin dalam belajar, dan lain-lain.
4.      Tipe orang tua dan guru
Guru dan orang tua yang berlaku adil dan bijaksana terhadap anak akan membantu terhadap pengembangan moral anak. Sikap otoriter dan acuh tak acuh terhadap anak akan membawa anak kepada moral yang negatif, misalnya anak jadi pembangkang, tidak penurut dan lain-lain. Tipe demokratis adalah cara terbaik dalam pengembangan masalah anak.                                 
5.      Perasaan diberlakukan secara adil
Tim PPKN mengatakan, menciptakan rasa keadilan akan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan moral.
























DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo.
Elida Prayitno dan Erlamsyah. 2004. Psikologi Perkembangan. Padang : Buku Ajar.
Elida Prayitno. 2005. Perkembangan Anak Usia Dini dan Usia SD. Padang: Angkasa Raya.
Khairanis dan Darnis arief. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Padang : DIP     universitas     Negeri Padang.
Mudjiran. 2000. Perkembangan peserta didik. Jakarta : Depdikbud.
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
 http://id.wikipedia.org/wiki/jean_piaget




Tidak ada komentar:

Posting Komentar